Sabtu, 28 Oktober 2017

LANDASAN BIOLOGIS DAN NEUROLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bahasa selain pemahaman manusia bagaimana mempersepsi ujaran, produksi ujaran ada juga faktor yang mempengaruhi bahasa, faktor biologis dan neurologis. Faktor-faktor ini juga yang membedakan bahasa manusia dan binatang.  Disimpulkan bahwa perkembangan bahasa manusia memiliki kaitan erat dengan dengan perkembangan biologisnya.
Faktor yang juga sangat penting dalam penguasaan bahasa adalah faktor neurologis yakni kaitan antara otak manusia dengan bahasa. Pada bab ini akan disajikan struktur dan organisasi otak manusia untuk memberikan pelita  terhadap masalah pemerolehan, pemahaman, dan pemakaian bahasa serta akibat-akibat yang akan timbul apabila ada gangguan pada otak.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah:
1.     Bagaimana evolusi otak manusia?
2.     Apa perbedaan otak manusia dan otak binatang?
3.     Bagaimana kaitan otak dengan bahasa?
4.     Bagaimana peran hemisfir kiri dan hemisfir kanan?
5.     Apa saja yang termasuk gangguan wicara?
6.     Apa yang dimaksud hipotese umur kritis?
7.     Apa yang dimaksud kekidalan dan kekinanan?
8.     Bagaimana perbedaan otak pria dan otak wanita?
1.3 Tujuan Penulisan
1.          Untuk mengetahui evolusi otak manusia.
2.          Untuk mengetahui perbedaan otak manusia dan otak binatang.
3.          Untuk mengetahui kaitan otak dengan bahasa.
4.          Untuk mengetahui peran hemisfir kiri dan hemisfir kanan.
5.          Untuk mengetahui gangguan wicara.
6.          Untuk mengetahui hipotese umur kritis.
7.          Untuk mengetahui kekidalan dan kekinanan.
8.          Untuk mengetahui perbedaan otak pria dan otak wanita.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Evolusi Otak Manusia
Manusia tumbuh secara gradual dari suatu bentuk ke bentuk lain selama berjuta-juta tahun. Salah satu pertumbuhan yang telah diselidiki oleh para ahli Palaeneurologi menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus sampai dengan manusia pada masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Hal ini tampak paling tidak pada ukuran otak yang membesar dari 400 miligram menjadi1400 miligram pada kurun waktu 3-4 juta tahun yang lalu. Dari munculnya Homo Erectus sampai dengan adanya Homo Sapiens sekitar 1,7 juta tahun lalu ukuran otak manusia telah berkembang hampir dua kali lipat, dari 800 miligram ke 1.500 miligram.
Perkembangan otak ini dapat dibagi menjadi empat tahap (Holloway dikutip Dardjowidjojo, 2005: 202). Tahap pertama adalah tahap perkembangan ukuran seperti yang dikatakan di atas. Tahap ini tampak pada Homo Erectus yang ditemukan di Jawa dan di Cina.Tahap kedua adalah adanya perubahan reorganisasi pada otak. Lembah-lembah pada otak ada yang bergeser sehingga memperluas daerah lain seperti daerah yang dinamakan kaerah pariental. Perubahan ini terjadi pada praaustrolopithecus ke Austrolopithecus Afarensis. Tahap ketiga adalah munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada daerah-daerah tertentu melalui corpus callosum. Fiber-fiber ini diibaratkan sebagai kabel listrik yang memberikan aliran-aliran elektrik untuk menggerakkan atau melakukan sesuatu. Tahap terakhir adalah munculnya dua hemisfir yang asimitris. Dua perkembangan terakhir ini (ketiga dan keempat) terjadi pada saat perubahan dari Homo Erectus ke Homo Sapiens.
Otak manusia merupakan pusat dari sistem saraf manusia dan merupakan organ yang sangat kompleks. Terlampir di tempurung kepala, ia memiliki struktur umum yang sama dengan otak mamalia lain, tetapi tiga kali lebih besar sebagai otak mamalia khas dengan ukuran tubuh setara. Sebagian besar ekspansi berasal dari korteks serebral, berbelit-belit lapisan jaringan saraf yang menutupi permukaan otak bagian depan. Terutama diperluas adalah lobus frontalis, yang terlibat dalam fungsi eksekutif seperti pengendalian diri, perencanaan, penalaran, dan berpikir abstrak. Satu diantara teori terdapat perbedaan kualitatif antara otak manusia seperti saat ini dan otak manusia dalam bentuk pra-manusia. Spink dan Cole (2006) menyebut apa yang diistilahkan sebagai transformasi neurologi dengan lompatan besar pada otak manusia, yang bisa menghasilkan transformasi dramatis pada bentuk kognitif manusia serta memperkuat kerja memori. Peristiwa ini terjadi mulai dari 40.000 sampai 75.000 tahun lampau. Perbedaan antara otak manusia saat ini dan otak manusia prasejarah serta nenek moyang primata dapat dijelaskan dengan ukuran otak itu sendiri yang semakin meningkat. Terdapat peningkatan relatif sebanyak tujuh kali lipat pada ukuran otak dibanding massa tubuh mulai dari jaman kera sampai manusia hari ini (Jerison:1973). Keadaan ini sering disebut dengan “bentuk terkuat dari hipotesa ensefalization” atau hipotesa unitari. Menurut hipotesa ini, hanya terdapat satuan adaptasi evolusi pada evolusi manusia, yaitu ukuran otak, dengan ukurannya semakin lama semakin meningkat. Dalam evolusi manusia dari primata ke Homo.
Otak manusia berubah karena Homo sapiens mengembangkan kemampuan sosio-kognitif dan bekerja sama sehingga sukses bersaing. Otak manusia terus meningkat ukuran dan fungsinya; faktanya, peningkatan ukuran dan fungsi ini sangatlah cepat. Berkembangnya otak manusia ini disebabkan karena kebutuhan manusia untuk bekerja sama dalam kelompok demi mempertahankan persaingan melawan kelompok Homo sapiens lainnya. Hipotesa “kerja sama untuk bersaing” berarti hanya dikalangan manusia dan diantara diri mereka sendirilah yang dapat mengembangkan tantangan cukup besar sehingga menimbulkan proses adaptasi manusia. Oleh sebab itu diri manusia sendirilah yang menjadi kekuatan alam.Otak seorang bayi ketika baru dilahirkan beratnya hanyalah kira-kira 40% dari berat otak orang dewasa; sedangkan makhluk primata lain, seperti kera adalah 70%dari otak dewasanya (Menyuk, 1971: 31). Dari perbandingan tersebut tampak bahwa manusia kiranya telah dikodratkan secara biologis untuk mengembangkan otak dan kemampuannya secara cepat. Dalam waktu tidak terlalu lama otak itu telah berkembang menuju kesempurnaannya. Sewaktu dewasa manusia mempunyai otak seberat 1350 gram, sedangkan simpanse dewasa hanya 450 gram (Slobin, 1971:118). Memang ada manusia kerdil yang termasuk nanocephalic yang berat otaknya hanya 450 gram waktu dewasa, tetapi masih dapat berbicara seperti manusia lainnya, sedangkan makhluk lain tidak (Lenneberg :1964).

2.2 Otak Manusia Vs Otak Bintang
Di samping bentuk tubuh dan ciri-ciri fisikal yang lainnya, yang membedakan manusia dari binatang adalah terutama otaknya. Dibandingkan dengan binatang lain seperti monyet dan anjing, volume otak manusia memang lebih besar. Akan tetapi yang memisahkan manusia dari kelompok binatang, khususnya dalam hal penggunaan bahasa, bukanlah ukuran dan bobot otaknya. Manusia berbeda dari binatang karena struktur dan organisasi otaknya berbeda sehingga fungsi dan penggunaannya berbeda pula dalam hal bahasa.

2.3 Landasan Neurologis Dalam Berbahasa
Binatang tidak dapat berbahasa seperti manusia. Salah satu  penyebabnya adalah komponen genetik otak manusia dan binatang sangat jauh berbeda. Berkaitan dengan itu, bab ini akan menjelaskan landasan neurologis binatang, landasan neurologis manusia, dan perbedaan landasan neurologis manusia dengan binatang yang membuat binatang tidak dapat berbahasa seperti manusia. Capaian pembelajaran pada bab ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan landasan neurologis binatang, landasan neurologis manusia, dan perbedaan landasan neurologis manusia dengan binatang yang membuat binatang tidak dapat berbahasa seperti manusia. Selain itu juga mahasiswa diharapkan memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan, dapat mempresentasikan laporan hasil membaca dengan performa yang baik, mampu memberikan umpan balik terhadap presentasi teman, dan memiliki sikap besar hati dalam menerima masukan dari orang lain.

2.3.1 Penyajian 
Sistem syaraf inti manusia terdiri atas (a) tulang punggung yang terdiri atas sederetan tulang punggung yang bersambung-sambungan, dan (b) otak. Faktor yang juga penting dalam penguasaan bahasa adalah otak. Otak merupakan faktor neurologis yang mempengaruhi penguasaan bahasa pada manusia. 

2.3.2  Evolusi Otak Manusia 
Evolusi otak dari primat austrolopithecus  sampai dengan manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Perkembangan otak ini dibagi menjadi empat (Holloway dalam Dardjowidjojo, 2008:202). Tahap yang pertama adalah perkembangan otak. Perkembangan pertama adalah pada ukuran, dari 400 mg menjadi 1.400 mg pada 3—4 tahun lalu. Homo erectus sampai  Homo sapiens sekitar 1,7 juta tahun lalu ukuran otak berkembang dua kali lipat, yakni dari 800
mg ke 1.500 mg. Tahap kedua adalah perubahan reorganisasi pada otak. Pada tahap ini terjadi perubahan reorganisasi pada otak, yaitu lembah-lembah pada
http://files.distrodoc.com/content/htmldoc/2015-03-07/362668/bg3.png
otak bergeser sehingga memperluas daerah lain, seperti daerah parietal. Perubahan ketiga adalah munculnya fiber yang berbeda-beda pada daerah-daerah tertentu melalui corpus callosum. Terakhir, munculnya dua hemisfer yang asimetris.

2.3.3 Otak Manusia
Berat otak manusia adalah antara 1 sampai 1,5 kg, ukuran ini adalah 2% dari berat badannya. Akan tetapi menyedot 15% dari seluruh peredaran darah dari jantung dan memerlukan 20% dari sumberdaya metabolik manusia.
Seluruh sistem saraf kita terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
         Tulang punggung yang terdiri dari sederetan tulang punggung yang bersambung-sambungan (spiral cord)
         Otak. Otak terdiri dari dua bagian, yaitu:
-          Batang otak (brain stem)
-          Korteks serebral (cerebral cortex)
Korteks serebral menangani fungsi-fungsi intelektual dan bahasa. Korteks serebral manusia terdiri dari dua bagian, yaitu: hemisfir kiri dan hemisfir kanan. kedua hemisfir ini dihubungkan oleh sekitar 200 fiber yang dinamakan korpus kalosum (corpus callosum). Hemisfir kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada di sebelah kanan termasuk muka bagian kanan, sebaliknya, hemisfir kanan mengontror anggota badan dan wajah sebelah kiri.
Menjelang anak mencapai umur sekitar 12 tahun terjadilah pembagian fungsi yang dinamakan lateralisasi. Pada hemisfir kiri ada daerah, yakni daerah wernicke, yang lebih luas daripada bagian yang sama di hemisfir kanan. Karena yang berperan lebih banyak dalam kaitannya dengan bahasa adalah hemisfir kiri.

Hemisfir kiri terdiri dari empat daerah besar yang dinamakan lobe, antara lain:
·         Lobe frontal (frontal lobe) bertugas mengurusi  hal-hal yang berkaitan dengan kognisi.
·         Lobe temporal (temporal lobe) bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pendengaran.
·         Lobe osipital (occipital lobe) bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan penglihatan.
·         Lobe parietal (parietal lobe)  bertugas mengurusi rasa somaestetik, yakni rasa yang ada pada tangan, kaki dan muka.

2.3.4 Otak Binatang
Korteks serebral pada binatang boleh dikatakan tiadak tampak, padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada manusia. Manusia memakai sebagian besar otaknya untuk proses mental, termasuk proses kebahasaan, tetapi binatang lebih banyak memakai otaknya untuk kebutuhan-kebutuhan fisik.

2.4  Kaitan Otak Dengan Bahasa
Apabila input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi itu ditanggapi di lobe temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran. Setelah itu diterima, dicerna dan diolah, selanjutnya bunyi bahasa tadi dikirim ke daerah wernicke untuk diinterpretasikan. Bila masukan tadi perlu ditanggapi secara verbal, maka interpretasi itu dikirim ke daerah broca melalui fasikulus akurat. Di daerah broca proses penanggapan dimulai. Setelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa maka daerah broca ”memerintahkan” motor korteks untuk melaksanakannya.
2.5 Landasan Biologis Pada Bahasa
2.5.1 Struktur Mulut Manusia Vs Struktur Mulut Binatang
Primata yang paling dekat dengan manusia adalah gorila atau simpanse. Kemiripan ini, kita rasakan kalau kita pergi ke kebun binatang dan memperhatiakan perilaku-perilaku binatang-bianatang itu, seperti cara mereka makan kacang, cara mereka mengupas pisang dan beberapa perilaku yang lainnya.
Meskipin ada keiripan-kemiripan tertentu antara manusia dengan simpanse, tetap saja kedua makhluk ini berbeda. Dan yang membedakan keduanya adalah kemampuan mereka berkomunikasi dengan bahasa. Perbedaan kemampuan ini sifatnya genetik, artinya manusia dapat berbahasa sedangkan primat lain tidak karena komposisi genetik antara kedua kelompok primat ini berbeda.
Bentuk dan letak gigi pada primat non manusia akan didapati bahwa gigi binatang merupakan deretan yang terputus-putus, ukurannya tidak sama, dan letaknya miring ke depan. Secara propolsional rongga mulut manusia adalah kecil, ukuran ini membuat manusia dapat lebih mudah mengaturnya. Lidah manusia yang secara proposional lebih tebal daripada lidah binatang dan menjorok sedikit ke tenggorokan, memungkinkan untuk digerakkan secara fleksibel sehingga bisa dinaikkan, diturunkan, dimajukan, dimundurkan atau diratakan di tengah. Posisi yang bermacam-macam ini menghasilkan bunyi vokal yang bermacam-macam pula.

2.5.2 Kaitan Biologis dengan Bahasa
Anak memperoleh bahasa dengan melalui proses yang sama. Antara umur 6 sampai 8 minggu anak mulai mendekut, mereka mengeluarkan bunyi-bunyi yang menyerupai bunyi vokal dan konsonan. Manusia dapat menguasai bahasa secara natif, jika pada prosesnya dilakukan antara umur tertentu, yakni antara umur 2 tahun sampai sekitar 12 tahun. Bahasa adalah fenonema biologis, khususnya fenomena biologi perkembangan. Arah dan jadwal munculnya suatu elemen d alam bahasa adalah masalah genetik. Orang tidak dapat mempercepat atau memperalmbat munculnya suatu elemen bahasa. Faktor lingkungan memang penting, tetapi faktor itu hanya memicu apa yang sudah ada pada biologi manusia.

2.6  Peranan Hemisfir Dan Hemisfir Kanan
Dari hasil operasi yang dinamakan hemispherectomy-operasi dimana satu hemisfer diambil dalam rangka mencegah epilepsi. Dari operasi tersebut, terbukti bahwa bila hemisfer kiri yang diambil, maka kemampuan bahasa orang itu menurun dengan drastis. Sebaliknya, bila yang diambil hemisfir kanan, maka orang tersebut masih dapat berbahasa meskipun tidak sempurna.
Ada juga hal-hal yang berkaitan dengan bahasa yang ditangani oleh hemisifir kanan. Dari orang yang hemisfir kanannya terganggu, maka didapati bahwa kemampuan mereka dalam mengurutkan sebuah peristiwa, sebuah cerita atau narasi menjadi kacau.

2.7 Gangguan Wicara
Gangguan wicara adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, tersumbatnya pembuluh darah atau kurangnya oksigen pada otak (stroke). Akibat penyakit stroke ini juga ditentukan oleh letak kerusakan pada hemisfir yang bersangkutan. Pada umumnya kerusakan pada hemisfir kiri mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke dinamakan Afasia (aphasia).
2.7.1 Macam-macam Afasia
Ada beberapa macam afasia, tergantung pada daerah mana di hemisfir kita yang terkena stroke. Berikut adalah beberapa macam afasia yang umum ditemukan, antara lain:
·         Afasia Broca (Lesion)
kerusakan yang terjadi di daerah broca. Afasia ini menyebabkan gangguan pada pencernaan dan pengungkap ujaran.
·         Afasia Wernicke
kerusakan terjadi pada daerah wernicke, yakni bagian agak ke belakang dari lobe temporal. Penderita ini lancar berbicara hanya saja kalimat yang diucapkan susah dimengerti karena tidak cocok maknanya.
·         Afasia Amonik
kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobe parietal / pada batas antara lobe parietal dengan lobe temporal. Penderita ini tidak mampu mengaitkan konsep dan bunyi atau kata yang mewakilinya.
·         Afasia Global
kerusakan tidak terjadi pada satu atau dua daerah saja, tetapi di beberapa daerah yang lain. Kerusakan dapat menyebar dari daerah broca, melewati korteks motor, menuju ke lobe parietal dan sampai ke daerah wernicke. Kerusakan ini menyebabkan gangguan fisikal dan verbal yang sangat besar.
·         Dari segi fisik
bisa lumpuh di sebelah kanan, mulut bisa mencong dan lidah tidak cukup fleksibel.
·         Dari segi verbal  
tidak dapat memahami ujaran orang dan ujarannya tidak dimengerti orang.
·         Afasia Kondusi :
kerusakan yang terjadi pada fiber-fiber yang ada pada fasikulus akurat yang menghubungkan lobe frontal dengan lobe temporal. Penderita ini tidak dapat mengulang kata yang baru saja diberikan padanya.

2.8 Otak Pria Dan Otak Wanita
Ada yang berpendapat bahwa ada perbedaan antara otak pria dengan otak wanita dalam hal bentuknya, yakni hemisfir kiri pada wanita lebih tebal dari pada hemisfir kanan. Keadaan yang seperti inilah yang menyebabkan kelas bahasa umumnya didominasi oleh wanita.
Mengenai otak pria dan wanita ini, ada kecenderungan yang lebih besar bagi wanita untuk dapat sembuh dari penyakit afasia daripada pria. Begitu juga afasia akan lebih sering muncul pada pria daripada pada wanita saat mereka terkena stroke.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa kaitan neurologis dan perkembangan bahasa sejak dini sangat erat. Seorang anak yang mengalami masa-masa menangis, mendekut dan mengoceh sesungguhnya mengalami juga perkembangan otak yang sangat signifikan. Kemajuan berbahasa ditentukan bagaimana pola pendidikan anak sejak dini. Para ahli menganjurkan bahwa komunikasi yang diberikan kepada seorang anak sejak dalam kandungan, akan terus berkembang sampai dia lahir kedunia. Perkembangan yang baik akan menciptakan individu yang sempurna kelak.


DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005.  Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. PT  Asdimahasatya.
R. Sonneman, Milly. 2002. Mahir Berbahasa Visual. Mizan Media Utama.



DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Evolusi Otak Manusia
2.2 Otak Manusia Vs Otak Bintang
2.3 Landasan Neurologis Dalam Berbahasa
2.3.1 Penyajian 
2.3.2  Evolusi Otak Manusia 
2.3.3 Otak Manusia
2.3.4 Otak Binatang
2.4  Kaitan Otak Dengan Bahasa
2.5 Landasan Biologis Pada Bahasa
2.5.1 Struktur Mulut Manusia Vs Struktur Mulut Binatang
2.5.2 Kaitan Biologis dengan Bahasa
2.6  Peranan Hemisfir Dan Hemisfir Kanan
2.7 Gangguan Wicara
2.7.1 Macam-macam Afasia
2.8 Otak Pria Dan Otak Wanita

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA


MAKALAH METODE BRAINSTROMING

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Istilah metode dalam pendidikan banyak digunakan untuk menunjukan serangkaian kegiatan guru yang terarah dan menyebabkan siswa belajar. Sebagai cara atau prosedur metode digunakan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar, atau sebagai alat yang menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Karena dianggap sebagai suatu proses maka metode terdiri dari beberapa langkah.
Metode pembelajaran dapat diartikan pula sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (M Saikhul Arif, 2011). Kemudian, Salamun (2002) mengungkapkan, metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda.

Beberapa metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis sedang banyak dikembangkan.Oleh karena itu, pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran sangat diperlukan oleh para pendidik, karena berhasil tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.

John dewey mengungkap salah satu prinsip belajar dan pembelajaran  yaitu  learning by doing, dimana melalui pengalaman pelajar dapat melakukan proses belajar dengan mengamati dan mengalami lalu memasukkan pengalaman belajarnya ke dalam konsepsinya. Metode pembelajaran hendaknya mampu membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar murid, prestasi belajar siswa dan kemampuan berpikir kritisnya.Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran merupakan salah satucara yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan
1.2  Rumusan Masalah
1. Pengertian Metode Brainstorming
a. Tugas Guru dan Siswa Dalam Metode Brainstorming
b. Langkah-langkah Penggunaan Metode Brainstorming
2.  Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Proses Pembelajaran
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Pembelajaran

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian, tugas guru dan siswa serta langkah-langkah metode Brainstorming.
2.      Untuk mengetahui Penggunaan Metode Brainstorming Dalam Pembelajaran
3.      Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Brainstorming
Brainstorming adalah suatu strategi atau metode pemecahan masalah kreatif yang diluncurkan oleh Alex F. Osborn pada tahun 1953. Metode yang menitikberatkan pada pengungkapan pendapat ini bermula dengan keinginan Osborn untuk mendorong karyawannya supaya dapat berpikir kreatif mencari solusi dari permasalahan yang ada pada perusahaannya dengan cara berdiskusi dimana setiap karyawannya bebas mengungkapkan pendapat. Pada waktu itu, setelah iklan dari agen periklanan yang dipimpin Osborn dapat disukseskan, ia berencana untuk menciptakan iklan baru yang lebih nyata. Dalam memutuskan strategi, ia memilih cara yang berbeda dengan meminta semua karyawannya untuk menyampaikan gagasannya yang dimiliki oleh mereka untuk kemudian didiskusikan hingga didapatkan keputusan yang terbaik. Osborn menampung semua gagasan dan mendiskusikannya dengan menggunakan metode brainstorming. Lebih lanjut, gagasan ini memiliki dasar bahwa pendapat yang ada dikumpulkan tanpa mempedulikan pendapat tersebut muncul dari siapa yang mengeluarkan pendapat (Dahlan, 2006:11).
Keberadaan anggota dalam mengungkapkan untuk menyatakan buah pikirannya sangatlah jelas diperlukan dalam pelaksanaan branstorming. Dalam kenyataannya, ide yang muncul mengenai penggunaan metode branstorming sangat afektif untuk mendapatkan suatu gagasan yang baik dalam mengatasi permasalahan secara kreatif. Pemikiran-pemikiran dan gagasan yang dimiliki oleh setiap anggotanya mampu mendorong mengatasi permasalahan yang dihadapi secara kreatif. Metode ini dapat digunakan pada dunia bisnis maupun keuangan, kemudian berkembang seiring dengan banyaknya inovasi di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan juga dalam bidang pendidikan yang memerlukan pertukaran di gagasan di dalamnya. Dalam perkembangannya metode brainstorming ini kemudian dikenal juga dengan metode curah pendapat. “Curah pendapat adalah metode pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang dan pengetahuan yang berbeda-beda” (Sudjana, 2001:86). Kegiatan ini dilakukan untuk menghimpun gagasan atau pendapat dalam rangka menentukan dan memilih berbagai pernyataan sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar, sumber-sumber, hambatan dan lain sebagainya. Setiap siswa diberi kesempatan secara bergiliran untuk menyampaikan pernyataan tentang pendapat atau gagasannya.
Namun menurut Roestiyah dibukunya Strategi Belajar Mengajar  bahwa Metode Brainstorming adalah suatu metode atau mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satiu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat(Roestiyah 2001: 73).
Sejalan dengan Roestiyah, Hatimah (2003:32) menyebutkan bahwa “curah pendapat atau branstorming merupakan suatu cara untuk menghimpun gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan. Metode branstorming mendorong siswa untuk mengembangkan dan menemukan sebanyak mungkin gagasan untuk memecahkan masalah. Kemudian pada tahap berikutnya dinilai gagasan mana yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Ada 4 aturan dasar yang harus diperhatikan dalam proses pengungkapan pendapat, yaitu:
1.      Kritik dan penilaian yang merugikan pemunculan gagasan untuk sementara ditunda (deferred-judgement). Aturan ini sebenarnya menyiratkan bahwa kritikan dapat membuat orang lain spontan dalam berfikir, tetapi jika kritikan yang ada ternyata dapat menimbulkan seseorang menjadi kurang percaya diri sebaiknya kritikan dihindari saja.
2.      Sambut gagasan yang kelihatan liar dan bebas. Aturan ini menyatakan bahwa kita harus menyambut gagasan, terutama yang terasa berbeda atau bahkan hampir mendekat solusi.
3.      Semakin banyak gagasan semakin bagus dan semakin besar kemungkinan didapatkannya gagasan yang baik. Aturan ini menyiratkan bahwa kuantitas dari gagasan juga diperlukan.
4.      Lakukan kombinasi dan perbaikan gagasan para siswa hingga menjadi gagasan yang terbaik. (Dahlan, 2006:12).
Berdasarkan pernyataan diatas, jelaslah bahwa keikutsertaan siswa dalam berpendapat dan berdiskusi dengan kelompoknya untuk menghasilkan solusi yang baik dapat mengembangkan potensi dan keberanian siswa, karena mereka memiliki latar belakang yang berbeda dan potensi yang dimilikinya pun berbeda. Setiap siswa memiliki potensi yang tinggi asalkan mereka berani menuangkan seluruh ide dan gagasan yang dimilikinya. Pengetahuan siswa pun akan menjadi lebih berkembang. Dalam metode brainstorming, guru harus dapat menampung dan mengkombinasikan gagasan-gagasan yang ada sehingga tercipta gagasan yang benar. Hal ini tentu akan memuat pemahaman siswa terhadap pembelajaran sejarah yang lebih utuh dan integratif.

2.2 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Brainstorming
Menurut Dunn and  Dunn (dalam Sapriya, 2009: 145) model brainstorming dapat mendorong siswa berpikir kritis. Dalam proses  brainstorming yang dimodifikasikan dengan keterampilan berpikir kritis ini mencakup beberapa langkah berikut:
a.       Pada fokus awal, guru mendorong siswa untuk memikirkan bagaimana cara terbaikuntuk memecahkan masalah.
b.      Guru mengajukan pertanyaan berikutnya, mengapa pemikiran ini belum dilaksanakan juga.
c.       Setelah para siswa menjawab pertanyaan ini, guru bertanya pada siswa lainnya, membantu siswa yang sedang berfikir.
d.      Pada langkah ini guru meminta siswa memikirkan masalah yang mungkin dihadapi dalam menjawab pertanyaan terdahulu.
e.       Para siswa diminta untuk menentukan apakah langkah pertama untuk memecahkan masalah.
Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode brainstorming : 
1.    Pemberian informasi dan motivasi
a.       Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya.
b.      Identifikasi
Pada tahap ini peserta didik diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini agar kreativitas peserta didik tidak terhambat. 
c.       Klasifikasi
Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor lain. 
d.      Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.
2.        Konklusi (Penyepakatan)
Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
metode brainstorming dapat menanamkan inhibisi pada pemikiran kreatif, karena ide-ide terlalu aneh dari beberapa anggota bisa menggoncangkan gairah berpikir orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang mengungkapkan bahwa dalam belajar memang diperlukan suasana yang mampu membangun semangat dan gairah peserta didik.
2.3 Tugas Guru dan Siswa Dalam Metode Brainstorming
Sebagai salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pelaksanaan brainstorming diperluakan suatu fasilitator untuk memulai, melaksanakan kegiatan dan mendorong keikutsertaan semua anggota yang ada selama kegiatan berlangsung. Surjadi yang dikutip oleh Tuti Indrayani (2005:15) mengemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru dalam metode brainstorming untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tugas guru tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.            Mengemukakan masalah atau materi kepada kelompok.
2.            Menunjuk seorang penulis yang mencatat cara yang diajukan anggota kelompok.
3.            Menerapakan peraturn pokok bagi para anggota seperti mengemukakan pemecahan dengan cepat, mengemukakan gagasan yang terlintas dalam pikiran menghindari mengevaluasi orang lain.
4.            Menentukan berapa lama kegiatan pengungkapan pendapat berlangsung
5.            Meminta saran penelaah.
Berdasarkan penjelasan diatas, dalam pelaksanaan metode ini tugas guru adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka bisa menanggapi, dan guru tidak boleh mengomantari bahwa pendapat siswa itu benar atau salah. Disamping itu, pendapat yang dikemukakan tidak perlu langsung disimpulkan, guru hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa didalam kelas mendapatkan giliran. Selama pengungkapan pendapat tidak perlu komentar atau evaluasi secara langsung.
Sedangkan peran siswa dalam metode brainstorming ini adalah bertugas memiliki bekal pengetahuan untuk menanggapi masalah, mengemukakan pendapat, bertanya, atau mengemukakan masalah baru melalui proses imajinasi yang dimilikinya. Mereka belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik, sehingga mereka bisa memperoleh suatu kesimpulan yang tepat setelah pembelajaran. Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya.
Nakamura dalam Dahlan (2006:13) menggambarkan proses imajinasi siswa dalam metode brainstorming hingga didapatkan gagasan atau kesimpulan yang benar

2.4 Kelebihan Metode Brainstorming
Metode Brainstorming memiliki banyak kelebihan. Beberapa ahli seperti Sudjana (2001:88) mengungkapkan kelebihan dari metode brainstorming sebagai berikut:
a.       Merangsang semua peserta didik untuk mengemukakan pendapat dan gagasan,
b.      Menghasilkan jawaban atau atau pendapat melalui reaksi berantai,
c.       Penggunaan waktu dapat dikontrol dan metode ini dapat digunakan dalam kelompok besar atau kecil,
d.      Tidak memerlukan banyak alat atau tenaga professional.
Senada dengan Sudjana, Subana yang dikutip oleh Tuti Indrayani (2005:13) mengungkapkan banyak sekali kelebihan dari metode Brainstorming. Diantaranya sebagai berikut:
a.        Mendorong siswa untuk aktif berfikir cepat dan tersusun logis,
b.        Mendorong siswa untuk menyatakan pendapatnya dan merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru,
c.        Terjadi persaingan yang sehat,
d.       Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan.
a.       Roestiyah (1985:74) mengungkapkan beberapa kelebihan metode
Brainstorming lainnya, yaitu sebagai berikut:
a.        Anak-anak aktif berfikir untuk menyatakan pendapat,
b.        Melatih siswa bepikir dengan cepat dan tersusun logis,
c.        Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran,
d.       Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannnya yang pandai atau dari guru,
e.        Terjadi persaingan yang sehat,
f.         Anak merasa bebas dan gembira,
g.        Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.

2.5 Kelemahan Metode Brainstorming
Selain memiliki banyak kelebihan, metode Brainstorming juga memiliki kelemahan. Berikut kelemahan-kelemahan metode Brainstorming yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2001:88) adalah sebagai berikut:
a.       Peserta didik yang kurang perhatian dan kurang berani mengemukakan pendapat akan merasa terpaksa untuk menyampaikan buah pikirannya.
b.      Jawaban mudah cenderung mudah terlepas dari pendapat yang berantai.
c.       Peserta didik cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya diterima,
d.      Memerlukan evalusi lanjutan untuk menentukan prioritas pendapat yang disampaikan,
e.       Anak yang kurang selalu ketinggalan,
f.       Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja.

a.        Sedangkan menurut (Roestiyah, 2001:74-75) kekurangan metode
Brainstorming adalah sebagai berikut:
a.       Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik,
b.      Anak yang kurang pandai selalu ketinggalan,
c.       Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan,
d.      Tidak menjamin hasil pemecahan masalah,
e.       Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.
Satu hal yang wajar jika dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode tertentu terdapat kelebihan dan kelemahan didalamnya. Metode pembelajaran Brainstorming memiliki klebihan, yaitu terdapat suatu tahap identifikasi kebutuhan, sumber, dan kemungkinan hambatan dalam pembelajara. Dalam pelaksanannya setiap siswa dengan penerapan metode ini dapat lebih terdorong motivasinya untuk mengikuti pelajaran, sehingga pelajaranpun dirasakan menjadi lebih bermakna. Untuk mengatasi kelemahan yang ada dalam penerapan metode ini, diperlukan suatu keterampilan dari guru dalam hal bertanya ataupun mengelola kelas agar kegiatan lebih dapat dirasakan maksimal. Dalam penelitian ini, misalnya dilakukan dengan penampilan media semaksimal mungkin agar pendapat yang ada tidaklah jauh menyimpang dari fokus masalah yang disajikan.
BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, diantaranya adalah metode pembelajaran perorangan (individual methods), metode pembelajaran kelompok (group methods), dan metode pembelajaran massal (community methods), dan metode brainstorming merupakan salah satu contoh metode dalam  pembelajaran partisipasif. Metode Brainstorming sendiri adalah suatu metode atau mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satiu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat.
Dalam pelaksanaan metode ini tugas guru adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka bisa menanggapi, dan guru tidak boleh mengomantari bahwa pendapat siswa itu benar atau salah. Sedangkan peran siswa dalam metode brainstorming ini adalah bertugas memiliki bekal pengetahuan untuk menanggapi masalah, mengemukakan pendapat, bertanya, atau mengemukakan masalah baru melalui proses imajinasi yang dimilikinya. Mereka belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik, sehingga mereka bisa memperoleh suatu kesimpulan yang tepat setelah pembelajaran.
Metode Brainstorming mempunyai kelebihan antara lain untuk menguras habis segala seuatu yang dipikirkan oleh siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru kepadanya serta untuk memperoleh berbagai kemungkinan pemecahan dari suatu masalah. Namun, kekurangan dari metode ini antara lain yaitu Peserta didik cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya akan diterima serta guru juga dirasa kurang dalam memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, M Saikhul. (2011). Pengertian Strategi, Metode, Teknik dan Taktik.[Online].http://blog.elearning.unesa.ac.id/m-saikhul-arif?p=3. [22 Agustus 2013]
Djamarah danZain. (2010 ). StrategiBelajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Roestiyah.(2008). StrategiBelajarMengajar.Jakarta :RinekaCipta
Salamun, M. (2002).Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di PondokPesantren.Tesis: Tidakditerbitkan.
Sapriya.(2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.Bandung :Laboratorium PKN UPI.
Sudjana, D. 2001. Metode & Metode Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Suparman, Atwi. (1997). Model-model Pembelajaran Interaktif .Bandung :LembagaAdministrasi Negara (LAN) RI.