BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam bahasa selain pemahaman
manusia bagaimana mempersepsi ujaran, produksi ujaran ada juga faktor yang
mempengaruhi bahasa, faktor biologis dan neurologis. Faktor-faktor ini juga
yang membedakan bahasa manusia dan binatang. Disimpulkan bahwa
perkembangan bahasa manusia memiliki kaitan erat dengan dengan perkembangan
biologisnya.
Faktor yang juga sangat penting
dalam penguasaan bahasa adalah faktor neurologis yakni kaitan antara otak
manusia dengan bahasa. Pada bab ini akan disajikan struktur dan organisasi otak
manusia untuk memberikan pelita terhadap masalah pemerolehan, pemahaman,
dan pemakaian bahasa serta akibat-akibat yang akan timbul apabila ada gangguan
pada otak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
dipaparkan di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah:
1. Bagaimana evolusi otak manusia?
2. Apa perbedaan otak manusia dan otak
binatang?
3. Bagaimana kaitan otak dengan bahasa?
4. Bagaimana peran hemisfir kiri dan hemisfir kanan?
5. Apa saja yang termasuk gangguan wicara?
6. Apa yang dimaksud hipotese umur kritis?
7. Apa yang dimaksud kekidalan dan kekinanan?
8. Bagaimana perbedaan otak pria dan otak
wanita?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui evolusi otak manusia.
2.
Untuk mengetahui perbedaan otak manusia dan otak
binatang.
3.
Untuk mengetahui kaitan otak dengan bahasa.
4.
Untuk mengetahui peran hemisfir kiri dan hemisfir
kanan.
5.
Untuk mengetahui gangguan wicara.
6.
Untuk mengetahui hipotese umur kritis.
7.
Untuk mengetahui kekidalan dan kekinanan.
8.
Untuk mengetahui perbedaan otak pria dan otak wanita.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Evolusi
Otak Manusia
Manusia tumbuh secara gradual dari
suatu bentuk ke bentuk lain selama berjuta-juta tahun. Salah satu pertumbuhan
yang telah diselidiki oleh para ahli Palaeneurologi menunjukkan bahwa evolusi
otak dari primat Austrolopithecus sampai dengan manusia pada masa kini telah
berlangsung sekitar 3 juta tahun. Hal ini tampak paling tidak pada ukuran otak
yang membesar dari 400 miligram menjadi1400 miligram pada kurun waktu 3-4 juta
tahun yang lalu. Dari munculnya Homo Erectus sampai dengan adanya Homo Sapiens
sekitar 1,7 juta tahun lalu ukuran otak manusia telah berkembang hampir dua
kali lipat, dari 800 miligram ke 1.500 miligram.
Perkembangan otak ini dapat dibagi
menjadi empat tahap (Holloway dikutip Dardjowidjojo, 2005: 202). Tahap pertama
adalah tahap perkembangan ukuran seperti yang dikatakan di atas. Tahap ini
tampak pada Homo Erectus yang ditemukan di Jawa dan di Cina.Tahap kedua adalah
adanya perubahan reorganisasi pada otak. Lembah-lembah pada otak ada yang
bergeser sehingga memperluas daerah lain seperti daerah yang dinamakan kaerah
pariental. Perubahan ini terjadi pada praaustrolopithecus ke Austrolopithecus
Afarensis. Tahap ketiga adalah munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada
daerah-daerah tertentu melalui corpus callosum. Fiber-fiber ini diibaratkan
sebagai kabel listrik yang memberikan aliran-aliran elektrik untuk menggerakkan
atau melakukan sesuatu. Tahap terakhir adalah munculnya dua hemisfir yang
asimitris. Dua perkembangan terakhir ini (ketiga dan keempat) terjadi pada saat
perubahan dari Homo Erectus ke Homo Sapiens.
Otak manusia merupakan pusat dari
sistem saraf manusia dan merupakan organ yang sangat kompleks. Terlampir di
tempurung kepala, ia memiliki struktur umum yang sama dengan otak mamalia lain,
tetapi tiga kali lebih besar sebagai otak mamalia khas dengan ukuran tubuh
setara. Sebagian besar ekspansi berasal dari korteks serebral, berbelit-belit lapisan
jaringan saraf yang menutupi permukaan otak bagian depan. Terutama diperluas
adalah lobus frontalis, yang terlibat dalam fungsi eksekutif seperti
pengendalian diri, perencanaan, penalaran, dan berpikir abstrak. Satu diantara
teori terdapat perbedaan kualitatif antara otak manusia seperti saat ini dan
otak manusia dalam bentuk pra-manusia. Spink dan Cole (2006) menyebut apa yang
diistilahkan sebagai transformasi neurologi dengan lompatan besar pada otak
manusia, yang bisa menghasilkan transformasi dramatis pada bentuk kognitif
manusia serta memperkuat kerja memori. Peristiwa ini terjadi mulai dari 40.000
sampai 75.000 tahun lampau. Perbedaan antara otak manusia saat ini dan otak
manusia prasejarah serta nenek moyang primata dapat dijelaskan dengan ukuran
otak itu sendiri yang semakin meningkat. Terdapat peningkatan relatif sebanyak
tujuh kali lipat pada ukuran otak dibanding massa tubuh mulai dari jaman kera
sampai manusia hari ini (Jerison:1973). Keadaan ini sering disebut dengan
“bentuk terkuat dari hipotesa ensefalization” atau hipotesa unitari. Menurut
hipotesa ini, hanya terdapat satuan adaptasi evolusi pada evolusi manusia,
yaitu ukuran otak, dengan ukurannya semakin lama semakin meningkat. Dalam
evolusi manusia dari primata ke Homo.
Otak manusia berubah karena Homo
sapiens mengembangkan kemampuan sosio-kognitif dan bekerja sama sehingga sukses
bersaing. Otak manusia terus meningkat ukuran dan fungsinya; faktanya,
peningkatan ukuran dan fungsi ini sangatlah cepat. Berkembangnya otak manusia
ini disebabkan karena kebutuhan manusia untuk bekerja sama dalam kelompok demi
mempertahankan persaingan melawan kelompok Homo sapiens lainnya. Hipotesa
“kerja sama untuk bersaing” berarti hanya dikalangan manusia dan diantara diri
mereka sendirilah yang dapat mengembangkan tantangan cukup besar sehingga
menimbulkan proses adaptasi manusia. Oleh sebab itu diri manusia sendirilah
yang menjadi kekuatan alam.Otak seorang bayi ketika baru dilahirkan beratnya
hanyalah kira-kira 40% dari berat otak orang dewasa; sedangkan makhluk primata
lain, seperti kera adalah 70%dari otak dewasanya (Menyuk, 1971: 31). Dari
perbandingan tersebut tampak bahwa manusia kiranya telah dikodratkan secara
biologis untuk mengembangkan otak dan kemampuannya secara cepat. Dalam waktu
tidak terlalu lama otak itu telah berkembang menuju kesempurnaannya. Sewaktu
dewasa manusia mempunyai otak seberat 1350 gram, sedangkan simpanse dewasa
hanya 450 gram (Slobin, 1971:118). Memang ada manusia kerdil yang termasuk
nanocephalic yang berat otaknya hanya 450 gram waktu dewasa, tetapi masih dapat
berbicara seperti manusia lainnya, sedangkan makhluk lain tidak (Lenneberg
:1964).
2.2 Otak
Manusia Vs Otak Bintang
Di samping bentuk tubuh dan
ciri-ciri fisikal yang lainnya, yang membedakan manusia dari binatang adalah
terutama otaknya. Dibandingkan dengan binatang lain seperti monyet dan anjing,
volume otak manusia memang lebih besar. Akan tetapi yang memisahkan manusia
dari kelompok binatang, khususnya dalam hal penggunaan bahasa, bukanlah ukuran
dan bobot otaknya. Manusia berbeda dari binatang karena struktur dan organisasi
otaknya berbeda sehingga fungsi dan penggunaannya berbeda pula dalam hal
bahasa.
2.3 Landasan Neurologis
Dalam Berbahasa
Binatang tidak dapat berbahasa seperti
manusia. Salah satu penyebabnya adalah
komponen genetik otak manusia dan binatang sangat jauh berbeda. Berkaitan
dengan itu, bab ini akan menjelaskan landasan neurologis binatang, landasan
neurologis manusia, dan perbedaan landasan neurologis manusia dengan binatang
yang membuat binatang tidak dapat berbahasa seperti manusia. Capaian
pembelajaran pada bab ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan landasan
neurologis binatang, landasan neurologis manusia, dan perbedaan landasan
neurologis manusia dengan binatang yang membuat binatang tidak dapat berbahasa
seperti manusia. Selain itu juga mahasiswa diharapkan memiliki tanggung jawab
yang tinggi terhadap tugas yang diberikan, dapat mempresentasikan laporan hasil
membaca dengan performa yang baik, mampu memberikan umpan balik terhadap
presentasi teman, dan memiliki sikap besar hati dalam menerima masukan dari
orang lain.
2.3.1
Penyajian
Sistem syaraf inti manusia terdiri atas
(a) tulang punggung yang terdiri atas sederetan tulang punggung yang
bersambung-sambungan, dan (b) otak. Faktor yang juga penting dalam penguasaan
bahasa adalah otak. Otak merupakan faktor neurologis yang mempengaruhi
penguasaan bahasa pada manusia.
2.3.2 Evolusi Otak Manusia
Evolusi otak dari primat
austrolopithecus sampai dengan manusia
masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Perkembangan otak ini dibagi
menjadi empat (Holloway dalam Dardjowidjojo, 2008:202). Tahap yang pertama
adalah perkembangan otak. Perkembangan pertama adalah pada ukuran, dari 400 mg menjadi
1.400 mg pada 3—4 tahun lalu. Homo erectus sampai Homo sapiens sekitar 1,7 juta tahun lalu
ukuran otak berkembang dua kali lipat, yakni dari 800
mg ke 1.500 mg. Tahap kedua adalah
perubahan reorganisasi pada otak. Pada tahap ini terjadi perubahan reorganisasi
pada otak, yaitu lembah-lembah pada
otak bergeser sehingga memperluas daerah
lain, seperti daerah parietal. Perubahan ketiga adalah munculnya fiber yang
berbeda-beda pada daerah-daerah tertentu melalui corpus callosum. Terakhir,
munculnya dua hemisfer yang asimetris.
2.3.3 Otak
Manusia
Berat otak manusia adalah antara 1
sampai 1,5 kg, ukuran ini adalah 2% dari berat badannya. Akan tetapi menyedot
15% dari seluruh peredaran darah dari jantung dan memerlukan 20% dari
sumberdaya metabolik manusia.
Seluruh sistem saraf kita terdiri
dari dua bagian utama, yaitu:
•
Tulang punggung yang terdiri dari sederetan tulang
punggung yang bersambung-sambungan (spiral cord)
•
Otak. Otak terdiri dari dua bagian, yaitu:
-
Batang otak (brain stem)
-
Korteks serebral (cerebral cortex)
Korteks serebral menangani
fungsi-fungsi intelektual dan bahasa. Korteks serebral manusia terdiri dari dua
bagian, yaitu: hemisfir kiri dan hemisfir kanan. kedua
hemisfir ini dihubungkan oleh sekitar 200 fiber yang dinamakan korpus
kalosum (corpus callosum). Hemisfir kiri mengendalikan semua anggota
badan yang ada di sebelah kanan termasuk muka bagian kanan, sebaliknya,
hemisfir kanan mengontror anggota badan dan wajah sebelah kiri.
Menjelang anak mencapai umur sekitar
12 tahun terjadilah pembagian fungsi yang dinamakan lateralisasi.
Pada hemisfir kiri ada daerah, yakni daerah wernicke, yang lebih
luas daripada bagian yang sama di hemisfir kanan. Karena yang berperan lebih
banyak dalam kaitannya dengan bahasa adalah hemisfir kiri.
Hemisfir kiri terdiri dari empat
daerah besar yang dinamakan lobe, antara lain:
·
Lobe frontal (frontal lobe) bertugas
mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan kognisi.
·
Lobe temporal (temporal lobe) bertugas mengurusi
hal-hal yang berkaitan dengan pendengaran.
·
Lobe osipital (occipital lobe) bertugas mengurusi
hal-hal yang berkaitan dengan penglihatan.
·
Lobe parietal (parietal lobe) bertugas
mengurusi rasa somaestetik, yakni rasa yang ada pada tangan, kaki dan muka.
2.3.4 Otak
Binatang
Korteks serebral pada binatang boleh
dikatakan tiadak tampak, padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada
manusia. Manusia memakai sebagian besar otaknya untuk proses mental, termasuk
proses kebahasaan, tetapi binatang lebih banyak memakai otaknya untuk
kebutuhan-kebutuhan fisik.
2.4 Kaitan Otak Dengan Bahasa
Apabila input yang masuk adalah dalam
bentuk lisan, maka bunyi itu ditanggapi di lobe temporal, khususnya oleh
korteks primer pendengaran. Setelah itu diterima, dicerna dan diolah,
selanjutnya bunyi bahasa tadi dikirim ke daerah wernicke untuk
diinterpretasikan. Bila masukan tadi perlu ditanggapi secara verbal, maka
interpretasi itu dikirim ke daerah broca melalui fasikulus akurat. Di daerah
broca proses penanggapan dimulai. Setelah diputuskan tanggapan verbal itu
bunyinya seperti apa maka daerah broca ”memerintahkan” motor korteks untuk melaksanakannya.
2.5 Landasan Biologis Pada Bahasa
2.5.1 Struktur Mulut Manusia Vs Struktur Mulut
Binatang
Primata yang paling dekat dengan
manusia adalah gorila atau simpanse. Kemiripan ini, kita rasakan kalau kita
pergi ke kebun binatang dan memperhatiakan perilaku-perilaku binatang-bianatang
itu, seperti cara mereka makan kacang, cara mereka mengupas pisang dan beberapa
perilaku yang lainnya.
Meskipin ada keiripan-kemiripan
tertentu antara manusia dengan simpanse, tetap saja kedua makhluk ini berbeda.
Dan yang membedakan keduanya adalah kemampuan mereka berkomunikasi dengan
bahasa. Perbedaan kemampuan ini sifatnya genetik, artinya manusia dapat
berbahasa sedangkan primat lain tidak karena komposisi genetik antara kedua
kelompok primat ini berbeda.
Bentuk dan letak gigi pada primat
non manusia akan didapati bahwa gigi binatang merupakan deretan yang
terputus-putus, ukurannya tidak sama, dan letaknya miring ke depan. Secara
propolsional rongga mulut manusia adalah kecil, ukuran ini membuat manusia
dapat lebih mudah mengaturnya. Lidah manusia yang secara proposional lebih
tebal daripada lidah binatang dan menjorok sedikit ke tenggorokan, memungkinkan
untuk digerakkan secara fleksibel sehingga bisa dinaikkan, diturunkan,
dimajukan, dimundurkan atau diratakan di tengah. Posisi yang bermacam-macam ini
menghasilkan bunyi vokal yang bermacam-macam pula.
2.5.2 Kaitan Biologis dengan Bahasa
Anak memperoleh bahasa dengan
melalui proses yang sama. Antara umur 6 sampai 8 minggu anak mulai mendekut,
mereka mengeluarkan bunyi-bunyi yang menyerupai bunyi vokal dan konsonan.
Manusia dapat menguasai bahasa secara natif, jika pada prosesnya dilakukan
antara umur tertentu, yakni antara umur 2 tahun sampai sekitar 12 tahun. Bahasa
adalah fenonema biologis, khususnya fenomena biologi perkembangan. Arah dan
jadwal munculnya suatu elemen d alam bahasa adalah masalah genetik. Orang tidak
dapat mempercepat atau memperalmbat munculnya suatu elemen bahasa. Faktor
lingkungan memang penting, tetapi faktor itu hanya memicu apa yang sudah ada
pada biologi manusia.
2.6 Peranan Hemisfir Dan Hemisfir Kanan
Dari hasil operasi yang
dinamakan hemispherectomy-operasi dimana satu hemisfer diambil
dalam rangka mencegah epilepsi. Dari operasi tersebut, terbukti bahwa bila
hemisfer kiri yang diambil, maka kemampuan bahasa orang itu menurun dengan
drastis. Sebaliknya, bila yang diambil hemisfir kanan, maka orang tersebut
masih dapat berbahasa meskipun tidak sempurna.
Ada juga hal-hal yang berkaitan
dengan bahasa yang ditangani oleh hemisifir kanan. Dari orang yang hemisfir
kanannya terganggu, maka didapati bahwa kemampuan mereka dalam mengurutkan sebuah
peristiwa, sebuah cerita atau narasi menjadi kacau.
2.7 Gangguan
Wicara
Gangguan wicara adalah sebuah
penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, tersumbatnya pembuluh
darah atau kurangnya oksigen pada otak (stroke). Akibat penyakit stroke ini
juga ditentukan oleh letak kerusakan pada hemisfir yang bersangkutan. Pada
umumnya kerusakan pada hemisfir kiri mengakibatkan munculnya gangguan wicara.
Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke dinamakan Afasia (aphasia).
2.7.1
Macam-macam Afasia
Ada beberapa macam afasia,
tergantung pada daerah mana di hemisfir kita yang terkena stroke. Berikut
adalah beberapa macam afasia yang umum ditemukan, antara lain:
·
Afasia Broca (Lesion)
kerusakan
yang terjadi di daerah broca. Afasia ini menyebabkan gangguan pada pencernaan
dan pengungkap ujaran.
·
Afasia Wernicke
kerusakan
terjadi pada daerah wernicke, yakni bagian agak ke belakang dari lobe temporal.
Penderita ini lancar berbicara hanya saja kalimat yang diucapkan susah
dimengerti karena tidak cocok maknanya.
·
Afasia Amonik
kerusakan
otak terjadi pada bagian depan dari lobe parietal / pada batas antara lobe
parietal dengan lobe temporal. Penderita ini tidak mampu mengaitkan konsep dan
bunyi atau kata yang mewakilinya.
·
Afasia Global
kerusakan
tidak terjadi pada satu atau dua daerah saja, tetapi di beberapa daerah yang
lain. Kerusakan dapat menyebar dari daerah broca, melewati korteks motor,
menuju ke lobe parietal dan sampai ke daerah wernicke. Kerusakan ini
menyebabkan gangguan fisikal dan verbal yang sangat besar.
·
Dari segi fisik
bisa lumpuh
di sebelah kanan, mulut bisa mencong dan lidah tidak cukup fleksibel.
·
Dari segi verbal
tidak dapat
memahami ujaran orang dan ujarannya tidak dimengerti orang.
·
Afasia Kondusi :
kerusakan
yang terjadi pada fiber-fiber yang ada pada fasikulus akurat yang menghubungkan
lobe frontal dengan lobe temporal. Penderita ini tidak dapat mengulang kata
yang baru saja diberikan padanya.
2.8 Otak
Pria Dan Otak Wanita
Ada yang berpendapat bahwa ada
perbedaan antara otak pria dengan otak wanita dalam hal bentuknya, yakni
hemisfir kiri pada wanita lebih tebal dari pada hemisfir kanan. Keadaan yang
seperti inilah yang menyebabkan kelas bahasa umumnya didominasi oleh wanita.
Mengenai otak pria dan wanita ini,
ada kecenderungan yang lebih besar bagi wanita untuk dapat sembuh dari penyakit
afasia daripada pria. Begitu juga afasia akan lebih sering muncul pada pria
daripada pada wanita saat mereka terkena stroke.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jadi dari
paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa kaitan neurologis dan perkembangan
bahasa sejak dini sangat erat. Seorang anak yang mengalami masa-masa menangis,
mendekut dan mengoceh sesungguhnya mengalami juga perkembangan otak yang sangat
signifikan. Kemajuan berbahasa ditentukan bagaimana pola pendidikan anak sejak
dini. Para ahli menganjurkan bahwa komunikasi yang diberikan kepada seorang
anak sejak dalam kandungan, akan terus berkembang sampai dia lahir kedunia.
Perkembangan yang baik akan menciptakan individu yang sempurna kelak.
DAFTAR
PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. PT Asdimahasatya.
R. Sonneman, Milly. 2002. Mahir Berbahasa
Visual. Mizan Media Utama.
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Evolusi Otak Manusia
2.2 Otak Manusia Vs Otak Bintang
2.3
Landasan Neurologis Dalam Berbahasa
2.3.1 Penyajian
2.3.2 Evolusi Otak Manusia
2.3.3 Otak Manusia
2.3.4 Otak Binatang
2.4 Kaitan Otak
Dengan Bahasa
2.5
Landasan Biologis Pada Bahasa
2.5.1 Struktur Mulut Manusia Vs Struktur Mulut Binatang
2.5.2 Kaitan
Biologis dengan Bahasa
2.6 Peranan
Hemisfir Dan Hemisfir Kanan
2.7 Gangguan Wicara
2.7.1 Macam-macam Afasia
2.8 Otak Pria Dan Otak Wanita
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA